Home » » Makalah Role Playing

Makalah Role Playing


PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI DAN COOPERATIVE LEARNING TIPE ZIG SHAW UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI TRANSFORMASI  POKOK BAHASAN PENCERMINAN”

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Transformasi Geometri
 Dosen Pengampu :





Disusun Oleh:

YAYU SRI UMAROH H
 (1410150121)


TARBIYAH MATEMATIKA C / V
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan karunia nikmat bagi umat-Nya. Atas Ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
             Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi dan Cooperative Learning Tipe Zig Shaw Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Transformasi  Pokok Bahasan Pencerminan” yang telah kami susun secara sistematis dan materi yang di sajikan kami ambil dari sumber-sumber terpercaya.
            Makalah ini tidak akan terwujud, jika tidak ada dorongan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Besar harapan kami makalah ini dapat membantu meningkatkan profesi belajar mahasiswa dan dapat bermanfaat bagi  mahasiswa, khususnya dalam masalah disajikan dalam makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik di masa mendatang. Terima kasih.
                                                                                    Cirebon, Februari 2013


                                                                                                Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang berpengaruh terhadap perkembangan dan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan agen perubahan, agen sosial kontrol dan  pembaharuan. Zaman yang semakin berkembang dan maju menuntut perubahan–perubahan pada sistem pendidikan.Sistem pendidikan di Indonesia yang telah di rancang sedemikian rupa demi terciptanya pendidikan yang berkualitas harusnya di dukung pula oleh komponen – komponen  penting yang ada di dalamnya, yang memang sangat berpengaruh terhadap berjalan atau tidaknya sistem pendidikan tersebut, diantaranya pendidik (guru, dosen), peserta didik, sarana dan prasarana, dan lain – lain.
Berbicara tentang komponen pendidikan seperti pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana dan hal – hal lainnya mengingatkan kita bahwa komponen tersebut merupakan faktor yang sangat berpengaruh sekali terhadap berjalan atau tidaknya, maju atau tidaknya suatu pendidikan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ngalim Purwanto (1986:106) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan diantaranya kematangan, intelejensi (kecerdasan), latihan dan ulangan, motivasi, sifat-sifat pribadi seseorang, keadaan keluarga, guru dan cara mengajar, alat-alat pelajaran,motivasi sosial dan lingkungan.
Berdasarkan pernyataan diatas, salah satu faktor yang juga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran adalah cara pengajaran yang diterapkan oleh guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Salah satu hal yang banyak disoroti saat ini dalam dunia pendidikan adalah penggunaan metode-metode belajar yang digunakan guru dalam penyampaian materi saat pembelajaran, karena tuntutan guru untuk tepat waktu dalam menyampaikan materi dan kewajiban guru untuk bisa menjadikan siswanya mengerti dan menguasai materi yang disampaikan menjadikan hal tersebut menjadi sebuah permasalahan yang harus dicari solusinya.
Penerapan model–model pembelajaran dalam proses belajar mengajar harus dapat di sesuaikan dengan materi yang akan di sampaikan serta tujuan apa yang hendak di capai. Ada beberapa materi misalnya dalam mata pelajaran Matematika mendapatkan materi aritmatika sosial pada jenjang SMP, konsep-konsep dalam materi pokok aritmatika sosial misalnya konsep harga jual, harga beli, untung, rugi, bruto, netto, tara, disajikan dengan metode ceramah. Sehingga tidak terjadi interaksi timbal balik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, akibatnya pemahaman konsep-konsep aritmatika yang penulis terima tidak terlalu mendalam. Padahal materi aritmatika sosial merupakan salah satu materi yang sangat berkaitan dengan aktivitas siswa sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin membahas mengenai suatu metode pembelajaran untuk materi aritmatika sosial, sedemikian hingga akan terjadi interaksi timbal balik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dan siswa lebih memahami konsep materi yang sedang dipelajari. Salah satu metode yang penulis anggap sesuai jika digunakan untuk mengajar materi aritmatika sosial adalah metode simulasi dengan menggunakan teknik pembelajaran Role Playing (bermain peran).
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari model pembelajaran Role playing (bermain peran)?
2.      Bagaimana karakteristik, prinsip, dan prosedur pembelajaran role playing?
3.      Apa kelemahan dan kelebihan dari model pembelajaran role playing?
4.      Bagaimana model pembelajaran role playing ini di terapkan dalam mata pelajaran Matematika?
                                                                 
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL PEMBELAJARAN
ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN)

A.    Pengertian Model  Pembelajaran Role Playing
Dalam buku Pembelajaran Kontekstual (Komalasari : 2010) Model Pembelajaran Role Playing adalah suatu tipe Model pembelajaran Pelayanan (Sercvice Learning). Model pembelajaran ini adalah suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan murid. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan murid dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benada mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa yang di perankan. Sedangkan menurut Jill Hadfield Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang  Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Adanya model pembelajaran Role Playing dalam buku Model Pembelajaran  (2008:25) didasarkan pada: pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik kedalam situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat mendorong siswa mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan perasaannya. Ketiga, bahwa proses psikologis melibatkan sikap, niali dan keyakinan (belief) kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis . model pembelajaran ini dipelopori oleh George Shafel.
Model pembelajaran role playing atau bermain peran ini merupakan pembelajaran yang lebih menekankan pada permainan gerak dan siswa biasanya di latih untuk memahami, memperagakan setiap peran – peran yang di perankan nya untuk selanjutnya biasanya siswa di tugaskan untuk memberikan penilaian baik kekurangan atau kelebihan dari peran yang dimainkan ataupun juga jalan cerita yang di perankannya. Selain penialaian terhadap peran, penilaaian terhadap jalan cerita dalam role playing tersebut biasanya di jadikan bahan refleksi dalam model pembelajaran role playing misalnya menentukan apa isi dari cerita tersebut, hikmah yang di dapat dalam ceritanya dan lain- lain.
Menurut Miftahul A’la dalam bukunya Quantum Teaching (2011:49) metode pembelajaran Role playing (bermain peran) adalah merupakan cara penguasaan bahan–bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dimiliki oleh setiap siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini umumnya dilakukan lebih dari satu orang, itu bergantung kepada apa yang di perankan.
Nama lain dari pembelajaran role playing ini adalah Sosiodrama. Sosiodrama (Role playing) oleh Syaiful (2011:213)  berasal dari kata Sosio dan drama. Sosio berarti sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat menunjukan pada kegiatan–kegiatan sosial, dan drama berarti mempertunjukan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Jadi sosiodrama adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial. Dalam buku Dasar-Dasar proses belajar mengajar (1987: 84) sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya dan dalam proses pemakaiannya sering disilih gantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
Dalam teknik pengajaran berbahasa (1986:122) teknik bermain peran sangat baik untuk mendidik siswa dalam menggunakan ragam-ragam bahasa. Cara berbicara orang tua tentu berbeda dengan cara berbicara anak-anak. Cara berbicara penjual berbeda pula dengan cara berbicara pembeli. Fungsi dan peranan seseorang menuntut cara berbicara dan berbahasa tertentu pula. Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa sesuai dengan peranan orang yang diperankannya. Misalnya sebagai guru, orang tua, polisi, hakim, dan sebagainya. Setiap tokoh yang di perankan menuntut karakteristik tertentu pula.
Tujuan dari metode pembelajaran bermain peran ini menurut Oemar Hamalik (2001:198) disesuaikan dengan jenis belajar, diantaranya sebagai berikut :
1.      Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertrentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan reaktif.
2.      Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.
3.      Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi) prilaku para pemain atau pemegang peeran yang telah ditampilkan. Tujuannya adalah untuk mngembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan.
4.      Belajar melalui pemgkajian, penilaian dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya.
Menurut Wina Sanjaya (2006:161) metode role playing ini merupakan sebagian dari simulasi yang diarahkan utuk mengkreasikan peristiwa- peristiwa aktual atau kejadian- kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.



B.     Karakteristik, Prinsip, Prosedur  dan pola pembelajaran Role Playing
Pada (http://ras-eko.blogspot.com) Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
Langkah–langkah atau prosedur dalam pelaksanaan model pembelajaran role playing ini adalah :
1.      Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2.      Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari atau beberapa hari  sebelum KBM (kegiatan belajar mengajar) guna mempersiapkan peran yang terdapat dalam skenario tersebut.
3.      Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang atau sesuai dengan kebutuhan.
4.      Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dalam materi tersebut.
5.      Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
6.      Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7.      Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas skenario tersebut. Misalnya menilai peran yang dilakonkan, mencari kelemahan dan kelebihan dari peran tersebut atau pun alur/ jalan ceritanya.
8.      Masing-masing kelompok menyampaikan hasil dan  kesimpulannya.
9.      Guru memberikan kesimpulan secara umum atau menjgevalusi seluruh kegiatan.
10.  Evaluasi/ refleksi.
11.  Penutup
Tahapan pembelajaran Role Playing atau bermain peran seperti yang penulis kutip dari Shaftel dan Shaftel, (dalam E. Mulyasa, 2003) meliputi :
1.      menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik;
2.      memilih peran;
3.      menyusun tahap-tahap peran;
4.      menyiapkan pengamat;
5.      tahap pemeranan;
6.      diskusi dan evaluasi tahap I ;
7.      pemeranan ulang; dan
8.      diskusi dan evaluasi tahap II; dan
9.      membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.
Berdasarkan tahapan tersebut, terlihat bahwa terdapat dua tahap pemeranan dalam Role Playing. Namun, tahapan ini masih dapat dimodifikasi. Dua diantara kemungkinan modifikasi yang dapat digunakan adalah
1)      Role playing dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga untuk sub materi pertama dapat diperankan oleh kelompok pertama, untuk sub materi kedua dapat diperankan oleh kelompok kedua, dan seterusnya. Hal ini berarti Role Playing dengan modifikasi seperti ini, hanya terdapat satu tahapan pemeranan untuk setiap kelompok.
2)      Role Playing dilakukan oleh sekelompok pemeran yang telah dibentuk bersama oleh guru dan siswa. Tahapan pemeranan untuk sub-sub materi yang akan dipelajari dapat sepenuhnya diperankan oleh pemeran yang ditunjuk atau satu sub materi diperankan oleh pemeran yang ditunjuk sebagai contoh dan sub materi yang lain diperankan oleh kelompok pemeran yang lain yang telah disusun oleh siswa sendiri.

Menurut Israni (36: 2012) penggunaan metode sosiodrama atau bermain peran dilakukan :
1.      Apabila ingin melatih para siswa agar mereka dapat menyelesaikan masalah yang bersifat sosial psikologis.
2.      Apabila ingin melatih para siswa agar mereka dapat bergaul dan memeberi pemahaman terhadap orang lain serta masalahnya.
3.      Apabila ingin mneerangkan suatu peristiwa yang didalamnya menyangkut banyak orang.
Adapun pola dalam pembelaran role playing ini disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang menuntut bentuk partisipasi tertentu, yaitu pemain,pengamat dan pengkaji.
      Tiga pola organisasi yaitu sebagai berikut:
1)      Bermain peran tunggal ( single role-play) mayoritas siswa bertindak sebagai pengamat terhadap permainan yang sedang dipertunjukan (sosiodrama). Tujuannya adalah untuk membentuk sikap dan nilai.
2)      Bermain peran jamak (multiple role-play) para siswa di bagi-bagi menjadi beberapa kelompok dengan banyak anggota yang sama dan penentunya disesuaikan dengan banyaknya peran yang dibutuhkan. Tiap peserta memegang dan memainkan peran tertentu dalam kelompoknya masing-masing. Tujuannya juga untuk mengembangkan sikap.
3)      Peran ulangan(role repetition) peran utama suatu drama –atau simmulasi dapat dilakukan oleh setiap siswa secara bergiliran. Dalam situasi seperti itu setiap siswa belajar melakukan, mengamati dan membandingkan, perilaku yang ditampilkan oleh pemeran sebelumnya. Pendekatan itu banyak dilaksanakan dalamm rangka mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif.
Pada role playing ini meski pembelajaran melibatkan seluruh siswa dan guru tidak menjadi satu-satunya sumber informasi. Disini guru tetap memiliki peran penting.  Guru/ pimpinan memberikan penjelasan tentag peran-peran yang akan ditampilkan dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh latihan itu. Guru juga perlu mengusahakan suasana bermain yang menyenangkan dan mencegah timbulnya kecemasan atau praduga yang jelek. Selain itu pada akhir latihan guru atau pimpinan perlu melakukan umpan balik dan menarik kesimpulan-kesimpulan umum. Kritik-kritik yang bersifat merusak hendaknya dihindari, dalam hal ini guru bertindak sebagai wasit. 

C.    Kelemahan dan kelebihan model pembelajaran Role Playing
Setiap metode pembelajaran tidak ada yang sempurna, karena masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihannya tersendiri. Oleh karena itu peran pendidik penting dalam menyesuaikan metode mana yang sesuai untuk di terapkan dalam menyampaikan materi tertentu. Adapun kelemahan dan kelebihan dari metode pembelajaran Role Playing ini diantaranya adalah :
Ø  Kelebihan Metode Pembelajaran Role Playing:
1.      Melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama.
2.      Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
3.       Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
4.       Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
5.       Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
6.       Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan.
7.       Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.
8.       Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
9.       Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
10.   Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja.
Selain itu menurut Miftahul A’la (2011:93) metode pembelajaran Role playing selain memiliki kelebihan yaitu melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam kerja sama, kelebihan lainnya yaitu guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Ø  Kelemahan Metode Pembelajaran Role Playing
1.       Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.
2.      Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3.       Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.
4.       Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
5.      Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
6.      Sebagian besar anak yang tidak ikut drama mereka menjadi kurang aktif.
7.      Memerlukan tempat yag cukup luas, jika tempat bermain sempit menyebabkan gerak para pemain kurang bebas.
8.      Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan.
Menurut Syaiful (2011:214) ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan – kelemahan pada metode pembelajaran sosio drama atau role playing ini diantaranya:
1.      Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk dapat memecahkan masalah hubungan sosialyang aktual ada di masyarakat.
2.      Guru harus dapat memilih masalah yang urgent sehingga menarik minat anak. Ia dapat menjelaskan dengan baik dan menarik, sehingga menarik minat anak.
3.      Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakansambil mengatur adegan pertama
4.      Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan di dramakan harus sesuai dengan waktu yang tersedia.

D.    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DALAM PELAJARAN MATEMATIKA
Dalam pelajaran matematika, biasanya proses belajar mengajar yang berlangsung kurang menarik, menjenuhkan dan membosankan. Hal ini membuat pelajaran matematika menjadi jarang disukai pesertya didik. Metode pembelajaran yang biasa di pakai saat proses pembelajaran di dominasi oleh metode ceramah, sehingga pembelajaran kurang menarik. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat lebih kreatif lagi untuk menerapkan metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi yang disampaikan, sehingga selain tujuan pembelajaran yang tersampaikan dengan baik pembelajaran pun menjadi tidak membosankan. Misalnya pada mata pelajaran matematika dengan materi aritmatika sosial, pembelajaran ini dapat di terapkan dengan beberapa metode pembelajaran, salah satu diantaranya yaitu metode pembelajarn role playing.
Penerapan metode role playing pada materi aritmatika sosial ini bertujuan agar selain siswa memahami dan mengerti mengenai bahasan-bahasan pada materi ini seperti harga jual, harga beli, untung, rugi, dan lain-lain, tetapi pembelajaran juga akan lebih menarik dan lebih bermakna karena siswa dapat mempraktekan langsung proses jual beli tersebut. Proses pembelajaran role playing pada pembahasan materi aritmatika ini akan lebih membantu siswa dan guru dalam mencapai standar kompetensi yang memang di harapkan.
Ø  Pembelajaran materi Aritmatika Sosial dengan menggunakan teknik pembelajaran Role Playing.
Tahapan kegiatan pembelajaran Role Playing pada tulisan ini merupakan modifikasi dari tahapan-tahapan yang disampaikan oleh Shaftel dan Shaftel (dalam E. Mulyasa, 2003), yaitu tahapan pemeranan dilakukan oleh sekelompok pemeran untuk satu sub materi sebagai contoh, dan sub materi lainnya diperankan oleh kelompok lain yang telah disusun oleh siswa sendiri.
Langkah- langkah Role Playing dalam pembelajaran aritmatika sosial:
§  Persiapan
a)      Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran, yaitu topik harga jual, harga beli, untung dan rugi. Sehingga tujuan dalam pembelajaran yang ingin dicapai adalah siswa mendeskripsikan harga jual, harga beli, untung, persentase untung, rugi dan persentase rugi.
b)      Memotivasi peserta didik dan memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan diperankan, misalnya seorang pembeli akan melakukan transaksi jual beli di sebuah pertokoan, maka siswa diberikan gambaran apa yang dilakukan oleh pembeli dan penjual dalam transaksi tersebut.
c)      Menetapkan pemain yang akan terlibat dalam Role Playing, peranan yang harus diperankan oleh pemeran dan waktu yang disediakan untuk melakukan kegiatan Role Playing.
d)     Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan Role Playing.
§  Pelaksanaan
a)      Role Playing mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
b)      Siswa lainnya sebagai pengamat mengikut dengan penuh perhatian.
c)      Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
§  Penutup.
a)      Melakukan diskusi tentang kegiatan Role Playing yang baru saja dilakukan khususnya pada kegiatan yang mengarah pada konsep harga jual, harga beli, untung, persentase untung, rugi, dan persentase rugi.
b)      Siswa yang memainkan peran dapat membagi pengalamannya pada siswa yang tidak memainkan peran.
c)      Guru bersama siswa merumuskan kesimpulan.
d)     Menyuruh siswa membentuk kelompok untuk memerankan situasi yang berkaitan dengan sub materi pokok selanjutnya.
Ø  Materi aritmatika sosial pada sub materi pokok uang dalam perdagangan (harga jual, harga beli, untung, persentase untung, rugi, dan persentase rugi)
1.      Harga jual adalah nilai uang dari suatu barang yang dijual.
2.      Harga beli adalah nilai uang dari suatu barang yang dibeli.
3.      Untung, jika harga penjualan lebih besar daripada harga pembelian.
Besar untung = harga penjualan – harga pembelian
4.      Persentase untung adalah besar keuntungan yang diperoleh dalam satuan persen berdasarkan harga pembelian
5.      Rugi, jika harga penjualan lebih kecil daripada harga pembelian.
Besar rugi = harga pembelian – harga penjualan
6.      Presentase rugi adalah besar kerugian yang diderita dalam satuan persen berdasarkan harga pembelian
Sebelum menerapkan metode pembelajaran role playing ini guru tentu harus mempersiapkan skenario yang akan di perankan siswa. Contoh skenario yang dapat dipakai untuk pembelajaran dengan metode role playing pada materi aritmatika sosial ini adalah :
Tokoh:
1.      Pak Rian  sebagai pembeli dari toko grosir.
2.      Bu Rian, istri pak Rian yang membantu pak Rian berjualan di toko.
3.      Bu Ade sebagai karyawan toko gorsir “SERBA ADA”.
4.      Yayu  sebagai pembeli pertama.
5.      Evi sebagai pembeli terakhir.
Suatu hari pak Rian pergi ke toko grosir ‘SERBA ADA untuk membeli 20 potong busana muslim.
Pak Rian          : “Selamat siang Bu”
Bu Ade           : “Selamat siang Bapak, ada yang bisa saya Bantu?
Pak Rian          : “Apa ada busana muslim model baru Bu”
Bu Ade           :”oh ada Bapak, Bapak mau yang harga berapa?”
Pak Rian memilih beberapa odel baju. Akhirnya setelah sekian lama memilih, pak Rian menemukan model busana yang diinginkan.
Pak Rian          :”Saya pilih yang model ini saja bu, berapa harganya?”
Bu Ade           :”Oh kalau itu, memang model yang paling digemari remaja-remaja muslim akhir-akhir ini Bapak.bagus sekali pilihan bapak. Kalau model yang ini satu kemasan terdiri dari ukuran M, L dan XL. Setiap kemasannya kami beri harga Rp 120.000,00. Nanti ada beberapa pilihan warna Bapak. Bapak mau ambil berapa kemasan?”
Pak Rian          : “Ehm, kalu begitu saya ambil 10 kemasan”
Bu Ade           :”Oh iya bapak, warna apa saja bapak?”
Bu Ade           :”Warna merahnya 2, warna putihnya 3, warna hijaunya 2, warna ungunya 1, dan warna jingganya 2”
Setelah menunggu beberapa saat,Bu Ade datang membawa barang yang dibeli pak Rian dan nota pembelian pak Rian.
Bu Ade           :”Ini bapak barangnya, dan ini nota pembeliannya”
Pak Rian          :”jadi semuanya Rp. 1.200.000,00 Bu ya?, ini uangnya.”
Setelah pak Rian membayar busana yang dibelinya, pak Rian langsung pulang ke tokonya dan menata busana yang baru saja dibelinya di etalase. Selang beberapa menit, seorang pembeli datang ingin membeli busana muslim itu.
Pembeli 1        :”Berapa harga busana muslim ini, Pak?”
Pak Rian          :”Kalau yang itu Rp. 65.000,00, Mbak”
Pembeli 1        :”Apa tidak boleh kurang, Pak?”
Bu Rian           :”Mbak nawarnya berapa?”
Pembeli 1        :”Rp 50.000,00 boleh?”
Pak Rian          :”Ya dinaikkan lagi to Mbak”
Pembeli 1        :”Pasnya berapa sih Bu?”
Bu Rian           :”Ya sudah, saya kasihkan Rp 60.000,00 saja buat mbak, gimana?”
Pembeli 1        :” Tidak bisa kurang lagi ya Bu?”
Pak Rian              :”Kan sudah dikurangi sama ibunya, pasnya ya segitu mbak, gimana mbak, kalau jadi saya bungkuskan, saya beri bonus tas plastic nanti.”
Pembeli 1        :”Ya sudah pak, saya jadi beli”
Akhirnya pembeli 1 membeli busana tersebut dengan harga Rp. 60.000,00.
Bu Rian             :”Alhamdulillah ya Bapak, busana yang kita beli dengan harga Rp 40.000,00 dapat kita jual dengan harga Rp. 60.000,00”
Pak Rian          :”Iya Bu, kita untung Rp. 20.000,00”
Akhirnya setelah beberapa hari, sisa dagangan busana muslim model baru pak Rian tinggal satu potong. Selang beberapa menit sebelum pak Rian hendak menutup tokonya, penjual yang terakhir datang.
Pak Rian          :”Mau cari apa Mbak?”
Yayu                 :”Bapak, ada model busana muslim yang biasa digunakan artis Syahrini itu lo pak?”
Pak Rian            :”Oh yang ini, kebetulan sekali Mbak tinggal satu ini. Model ini banyak yang cari. Wah kebetulan ukurannya sesuai dengan ukuran badannya Mbak. Bagaimana Mbak, mau diambil?”
Yayu                 :”Ukurannya sih cocok Pak, tapi warnanya kok merah sih Pak, apa tidak ada yang lain?”
Pak Rian          :”Kan Bapak tadi sudah bilang, tinggal satu-satunya ini Mbak”
Yayu              :”Berapa Pak harganya?”
Pak Rian          :”Rp. 65.000,00 saja kok Mbak”
Yayu               :”Boleh kurang kan Pak?”
Pak Rian          :”Boleh, Mbak nawar berapa?”
Yayu               :”Rp. 30.000,00 ya Pak?”
Pak Rian              :”Waduh ya dinaikkan to Mbak, masa harga Rp. 65.000,00 Mbak tawar Rp.30.000,00?”
Yayu                           :”Kalau ada warna yang lain saya mau Pak menaikkan agak banyak, tapi yang ini saya agak tidak suka warnanya. Begini saja Pak, saya tawar Rp.35.000,00. Bagaimana? Kalau tidak boleh ya sudah.”
Pak Rian     :”Ya sudah Mbak, saya kasihkan Rp.35.000,00, lagian saya juga sudah mau tutup.”
Yayu               :”terima kasih pak, ini uangnya 35.000,00”
Akhirnya busana muslim model baru tersebut terjual habis. Di rumah pak katiin bercerita kepada istrinya mengenai pembeli terakhir.
Pak Rian          :”Bu, maaf ya, busana terakhir terjual hanya Rp.35.000,00”
Bu Rian           :” Ya sudahlah Pak, tidak apa-apa, meskipun begitu, uang yang kita dapat dari penjualan busana muslim itu saja sudah mencapai Rp. 1.635.000,00, kita sudah punya kelebihan dari biaya yang kita keluarkan untuk membeli busana itu.”
Dalam skenario diatas selain hanya siswa diajak bermain peran tapi ia juga dapat mengerti dan faham mengenai materi aritmatika sosial. Untuk mengatasi hal-hal sepeti banyaknya waktu terbuang ataupun kekurangan waktu, maka seorang guru harus dapat menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan sebaik mungkin. Misalnya:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran          : Matematika
Kelas / Semester        : Vll/1
Standar Kompetensi : Menggunakan bentuk aljabar, persamaan, pertidaksamaan linear satu variable dan perbandingan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika sosial yang sederhana.
Alokasi Waktu : 1× pertemuan (3 × 45 menit)
  1. Indikator
  1. Memberikan contoh kegiatan jual beli.
  2. Mendiskripsikan keadaan untung dan rugi
  3. Menentukan harga pembelian dan harga penjualan.
  4. Mendiskripsikan keadaan untung dan rugi
  5. Menentukan besar untung dan rugi serta besar persentasenya.
  1. Materi
1. Pembelajaran : Harga pembelian, harga penjualan, untung dan rugi persentase untung dan rugi
2. Materi Prasyarat : Operasi bilangan bulat

  1. Teknik Pembelajaran
Role Playing (Bermain Peran).
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan guru
Kegiatan siswa
Waktu
Pendahuluan
1.
Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran, yaitu topik harga jual, harga beli, untung dan rugi, persentase untung dan rugi.
Memperhatikan penjelasan dari guru tentang topik yang akan dibahas, yaitu topik harga jual, harga beli, untung dan rugi, persentase untung dan rugi. Sehingga siswa tahu bahwa tujuan dalam pembelajaran yang ingin dicapai adalah mereka dapat mendeskripsikan harga jual, harga beli, untung, persentase untung, rugi dan persentase rugi
10 menit
2.
Mengajak siswa mengingat kembali materi operasi bilangan bulat sebagai materi prasyarat materi pelajaran yang akan dibahas hari ini.
Memberi respon guru dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengenai operasi bilangan bulat.
12 menit
3.
Menyampaikan pada siswa bahwa untuk kegiatan pembelajaran hari ini siswa akan berpura-pura sebagai tokoh-tokoh yang terlibat dalam kegiatan jual beli.
Memperhatikan penjelasan dari guru. Diharapkan siswa akan bertanya mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
8 menit
Kegiatan inti
1.
Memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan diperankan, misalnya seorang pembeli akan melakukan transaksi jual beli di sebuah pertokoan, maka siswa diberikan gambaran apa yang dilakukan oleh pembeli dan penjual dalam transaksi tersebut.
Memperhatikan penjelasan dari guru agar tidak mengalami kesulitan ketika melaksanakan kegiatan bermain peran.
10 menit
2.
Menetapkan pemain yang akan terlibat dalam Role Playing, peranan yang harus diperankan oleh pemeran dan waktu yang disediakan untuk melakukan kegiatan Role Playing
Menentukan pemain yang akan terlibat berdasarkan kesepakatan semua siswa dan persetujuan guru.

Menentukan peranan yang dimainkan oleh setiap pemain berdasarkan kesepakatan semua siswa dan persetujuan guru.

Memperhatikan penjelasan dari guru mengenai waktu yang diberikan kepada pemain untuk memainkan perannya.
5 menit
3.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan Role Playing
Bertanya mengenai semua yang berkaitan dengan kegiatan bermain peran yang akan dilakukan.
5 menit
4.
Guru beserta siswa yang tidak terlibat dalam pemeranan Role Playing memperhatikan kelompok pemeran yang sedang melakukan tugasnya.

Apabila ketika role playing sedang berlangsung ada pemeran yang kesulitan, guru dapat memberikan bantuan.
Melaksanakan pemeranan Role Playing.
30 menit
5.
Melakukan diskusi tentang kegiatan Role Playing yang baru saja dilakukan khususnya pada kegiatan yang mengarah pada konsep harga jual, harga beli, untung, persentase untung, rugi, dan persentase rugi.
Siswa yang memainkan peran dapat membagi pengalamannya pada siswa yang tidak memainkan peran.
Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai konsep harga jual, harga beli, untung, persentase untung, rugi, dan persentase rugi dengan menceritakan kejadian-kejadian dalam Role Playing yang berhubungan dengan konsep-konsep tersebut.
20 menit
6.
Memberikan tes secara individu kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
Mengerjakan tes secara individu
15 menit
Kegiatan penutup
1.
Membimbing siswa membuat rangkuman tentang materi pembelajaran hari ini
Membuat rangkuman tentang materi pembelajaran hari ini dengan bimbingan dari guru.
10 menit
2.
Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran
melakukan refleksi kegiatan pembelajaran
5 menit
3.
Memberikan PR.

Menyuruh siswa untuk membuat kelompok peran yang terdiri dari 4 orang untuk melakukan kegiatan role playing pada sub materi selanjutnya yang dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
Mencatat PR yang diberikan oleh guru.
Mendengarkan informasi tugas kelompok yang diberikan oleh guru
5 menit

Dari gambaran pelaksanaan pembelajaran tersebut dapat terlihat bahwa model pembelajaran role playing ini dapat di terapkan dalam matematika, tidak hanya dalam materi aritmatika saja, tetapi dalam materi lain pun guru harus kreatif untuk dapat memodivikasi dan mengkombinasi model pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, menyenangkan dan yang paling penting adalah tujuan dari proses belajar tersebut tercapai.



  

BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Metode pembelajaran role playing ini merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dan siswa ikut berperan penting dalam pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran role playing ini dapat membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan sehingga memotivasi siswa dan siswa menjadi antusias saat pembelajaran.
Setiap metode tentu memiliki kelemahan dan kelebihannya asing-masing begitupun dengan metode pembelajaran role playing ini, oleh karena itu seorang guru atau pendidik perlu memadukan pembelajaran role playing ini dengan metode-metode lain sesuai dengan materi atau standar kompetensi yang hendak dicapai siswa. Dengan demikia selain dari siswa yang termotivasi untuk belajar, proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang di harapkan guru pun akan terbantu dengan hasil pembelajaran yang memang sesuai.
B.       Saran
Pemaparan mengenai  metode pembelajaran role playing dalam makalah ini tentu jauh dari sempurna, dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA
            Hardini, Israni dan Dewi Puspiasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia.
            A’la, Miftahun. 2011. Quantum Teaching. Yogjakarta: Diva Press.
            Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
            Tim Edukatif. 2006. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
            Tarigan, Djago. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
            Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Bumi Aksara
            Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembalajaran. Jakarta ; Media Grup
            Sudiana, Nana. 1987.Dasar-dasar Prses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-role-playing.html

Written by : Your Name - Describe about you

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam id libero non erat fermentum varius eget at elit. Suspendisse vel mattis diam. Ut sed dui in lectus hendrerit interdum nec ac neque. Praesent a metus eget augue lacinia accumsan ullamcorper sit amet tellus.

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::

1 komentar: