“PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN
DEMONSTRASI DAN COOPERATIVE LEARNING TIPE ZIG SHAW UNTUK MENGATASI KESULITAN
BELAJAR SISWA PADA MATERI TRANSFORMASI
POKOK BAHASAN PENCERMINAN”
MAKALAH
Diajukan Untuk
Memenuhi Tugas Mandiri
Mata
Kuliah Transformasi Geometri
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
YAYU
SRI UMAROH H
(1410150121)
TARBIYAH
MATEMATIKA C / V
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH
NURJATI CIREBON
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT. Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan karunia nikmat bagi umat-Nya.
Atas Ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini
kami menjelaskan mengenai “Penerapan Metode
Pembelajaran Demonstrasi dan Cooperative Learning Tipe Zig Shaw Untuk Mengatasi
Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Transformasi Pokok Bahasan Pencerminan”
yang
telah kami susun secara sistematis dan materi yang di sajikan kami ambil dari
sumber-sumber terpercaya.
Makalah ini tidak akan terwujud,
jika tidak ada dorongan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Besar
harapan kami makalah ini dapat membantu meningkatkan profesi belajar mahasiswa
dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa,
khususnya dalam masalah disajikan dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik di masa mendatang. Terima
kasih.
Cirebon,
Februari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan merupakan salah satu komponen
penting yang berpengaruh terhadap perkembangan dan pembangunan suatu bangsa.
Pendidikan juga merupakan agen perubahan, agen sosial kontrol dan pembaharuan. Zaman yang semakin berkembang
dan maju menuntut perubahan–perubahan pada sistem pendidikan.Sistem pendidikan
di Indonesia yang telah di rancang sedemikian rupa demi terciptanya pendidikan
yang berkualitas harusnya di dukung pula oleh komponen – komponen penting yang ada di dalamnya, yang memang
sangat berpengaruh terhadap berjalan atau tidaknya sistem pendidikan tersebut,
diantaranya pendidik (guru, dosen), peserta didik, sarana dan prasarana, dan
lain – lain.
Berbicara tentang komponen pendidikan
seperti pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana dan hal – hal lainnya
mengingatkan kita bahwa komponen tersebut merupakan faktor yang sangat
berpengaruh sekali terhadap berjalan atau tidaknya, maju atau tidaknya suatu
pendidikan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ngalim Purwanto (1986:106) bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan diantaranya kematangan, intelejensi
(kecerdasan), latihan dan ulangan, motivasi, sifat-sifat pribadi seseorang,
keadaan keluarga, guru dan cara mengajar, alat-alat pelajaran,motivasi sosial
dan lingkungan.
Berdasarkan pernyataan diatas, salah
satu faktor yang juga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran
adalah cara pengajaran yang diterapkan oleh guru dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar.
Salah satu hal yang banyak disoroti saat
ini dalam dunia pendidikan adalah penggunaan metode-metode belajar yang
digunakan guru dalam penyampaian materi saat pembelajaran, karena tuntutan guru
untuk tepat waktu dalam menyampaikan materi dan kewajiban guru untuk bisa
menjadikan siswanya mengerti dan menguasai materi yang disampaikan menjadikan
hal tersebut menjadi sebuah permasalahan yang harus dicari solusinya.
Penerapan model–model pembelajaran dalam
proses belajar mengajar harus dapat di sesuaikan dengan materi yang akan di
sampaikan serta tujuan apa yang hendak di capai. Ada beberapa materi misalnya
dalam mata pelajaran Matematika mendapatkan materi aritmatika sosial
pada jenjang SMP, konsep-konsep dalam materi pokok aritmatika sosial misalnya
konsep harga jual, harga beli, untung, rugi, bruto, netto, tara, disajikan
dengan metode ceramah. Sehingga tidak terjadi interaksi timbal balik antara
guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, akibatnya pemahaman konsep-konsep
aritmatika yang penulis terima tidak terlalu mendalam. Padahal materi aritmatika
sosial merupakan salah satu materi yang sangat berkaitan dengan aktivitas siswa
sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin
membahas mengenai suatu metode pembelajaran untuk materi aritmatika sosial,
sedemikian hingga akan terjadi interaksi timbal balik antara guru dengan siswa
maupun siswa dengan siswa dan siswa lebih memahami konsep materi yang sedang
dipelajari. Salah satu metode yang penulis anggap sesuai jika digunakan untuk
mengajar materi aritmatika sosial adalah metode simulasi dengan menggunakan
teknik pembelajaran Role Playing (bermain peran).
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari model pembelajaran Role playing (bermain peran)?
2. Bagaimana
karakteristik, prinsip, dan prosedur pembelajaran role playing?
3. Apa
kelemahan dan kelebihan dari model pembelajaran role playing?
4. Bagaimana
model pembelajaran role playing ini di terapkan dalam mata pelajaran Matematika?
BAB
II
PEMBAHASAN
MODEL PEMBELAJARAN
ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN)
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Role Playing
Dalam buku Pembelajaran Kontekstual (Komalasari :
2010) Model
Pembelajaran Role Playing adalah suatu tipe Model pembelajaran Pelayanan
(Sercvice Learning). Model pembelajaran ini adalah
suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan murid. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan murid
dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benada mati. Permainan ini pada
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa yang di
perankan. Sedangkan menurut Jill Hadfield Role playing atau bermain peran
adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus
melibatkan unsur senang Dalam role
playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat
itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan
dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Metode
Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Adanya model pembelajaran Role Playing dalam buku Model Pembelajaran (2008:25) didasarkan pada: pertama, dibuat
berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik kedalam
situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat
mendorong siswa mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan perasaannya.
Ketiga, bahwa proses psikologis melibatkan sikap, niali dan keyakinan (belief)
kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang
disertai analisis . model pembelajaran ini dipelopori oleh George Shafel.
Model pembelajaran role playing atau bermain peran ini merupakan
pembelajaran yang lebih menekankan pada permainan gerak dan siswa biasanya di
latih untuk memahami, memperagakan setiap peran – peran yang di perankan nya
untuk selanjutnya biasanya siswa di tugaskan untuk memberikan penilaian baik
kekurangan atau kelebihan dari peran yang dimainkan ataupun juga jalan cerita
yang di perankannya. Selain penialaian terhadap peran, penilaaian terhadap
jalan cerita dalam role playing tersebut biasanya di jadikan bahan refleksi
dalam model pembelajaran role playing misalnya menentukan apa isi dari cerita
tersebut, hikmah yang di dapat dalam ceritanya dan lain- lain.
Menurut Miftahul A’la dalam bukunya Quantum Teaching (2011:49) metode
pembelajaran Role playing (bermain peran) adalah merupakan cara penguasaan
bahan–bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dimiliki
oleh setiap siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa
dengan memerankan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, itu bergantung kepada apa yang di
perankan.
Nama lain dari pembelajaran role playing ini adalah Sosiodrama. Sosiodrama
(Role playing) oleh Syaiful (2011:213) berasal dari kata Sosio dan drama. Sosio
berarti sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat menunjukan pada
kegiatan–kegiatan sosial, dan drama berarti mempertunjukan, mempertontonkan
atau memperlihatkan. Jadi sosiodrama adalah metode mengajar yang dalam
pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan
suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat
memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial. Dalam buku
Dasar-Dasar proses belajar mengajar (1987: 84) sosiodrama dan role playing
dapat dikatakan sama artinya dan dalam proses pemakaiannya sering disilih
gantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial.
Dalam teknik pengajaran berbahasa (1986:122) teknik bermain peran sangat
baik untuk mendidik siswa dalam menggunakan ragam-ragam bahasa. Cara berbicara
orang tua tentu berbeda dengan cara berbicara anak-anak. Cara berbicara penjual
berbeda pula dengan cara berbicara pembeli. Fungsi dan peranan seseorang
menuntut cara berbicara dan berbahasa tertentu pula. Dalam bermain peran, siswa
bertindak, berlaku, dan berbahasa sesuai dengan peranan orang yang
diperankannya. Misalnya sebagai guru, orang tua, polisi, hakim, dan sebagainya.
Setiap tokoh yang di perankan menuntut karakteristik tertentu pula.
Tujuan dari metode pembelajaran bermain peran ini menurut Oemar Hamalik
(2001:198) disesuaikan dengan jenis belajar, diantaranya sebagai berikut :
1.
Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertrentu
sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan reaktif.
2.
Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa
pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.
3.
Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari
(menanggapi) prilaku para pemain atau pemegang peeran yang telah ditampilkan.
Tujuannya adalah untuk mngembangkan prosedur-prosedur kognitif dan
prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah
didramatisasikan.
4.
Belajar melalui pemgkajian, penilaian dan pengulangan.
Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan
mengulanginya dalam penampilan berikutnya.
Menurut Wina Sanjaya (2006:161) metode role playing ini merupakan sebagian
dari simulasi yang diarahkan utuk mengkreasikan peristiwa- peristiwa aktual
atau kejadian- kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
B. Karakteristik, Prinsip, Prosedur dan pola pembelajaran Role Playing
Pada (http://ras-eko.blogspot.com)
Bermain
peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-peran
yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian terhadap. Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan
masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif
pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini lebih
menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada
kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
Langkah–langkah atau prosedur dalam pelaksanaan model
pembelajaran role playing ini adalah :
1.
Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan
ditampilkan
2.
Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua
hari atau beberapa hari sebelum KBM (kegiatan
belajar mengajar) guna mempersiapkan peran yang terdapat dalam skenario
tersebut.
3.
Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
atau sesuai dengan kebutuhan.
4.
Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin
dicapai dalam materi tersebut.
5.
Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk
melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
6.
Masing-masing siswa duduk di kelompoknya,
masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7.
Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa
diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas skenario tersebut.
Misalnya menilai peran yang dilakonkan, mencari kelemahan dan kelebihan dari
peran tersebut atau pun alur/ jalan ceritanya.
8.
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulannya.
9.
Guru memberikan kesimpulan secara umum atau
menjgevalusi seluruh kegiatan.
10. Evaluasi/ refleksi.
11. Penutup
Tahapan
pembelajaran Role Playing atau bermain peran seperti yang penulis
kutip dari Shaftel dan Shaftel, (dalam E. Mulyasa, 2003) meliputi :
1.
menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik;
2.
memilih peran;
3.
menyusun tahap-tahap peran;
4.
menyiapkan pengamat;
5.
tahap pemeranan;
6.
diskusi dan evaluasi tahap I ;
7.
pemeranan ulang; dan
8.
diskusi dan evaluasi tahap II; dan
9.
membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.
Berdasarkan tahapan tersebut, terlihat bahwa terdapat dua
tahap pemeranan dalam Role Playing. Namun, tahapan ini masih dapat
dimodifikasi. Dua diantara kemungkinan modifikasi yang dapat digunakan adalah
1)
Role playing dilakukan dalam kelompok-kelompok
kecil, sehingga untuk sub materi pertama dapat diperankan oleh kelompok
pertama, untuk sub materi kedua dapat diperankan oleh kelompok kedua, dan
seterusnya. Hal ini berarti Role Playing dengan modifikasi seperti ini,
hanya terdapat satu tahapan pemeranan untuk setiap kelompok.
2)
Role Playing dilakukan oleh sekelompok pemeran
yang telah dibentuk bersama oleh guru dan siswa. Tahapan pemeranan untuk
sub-sub materi yang akan dipelajari dapat sepenuhnya diperankan oleh pemeran
yang ditunjuk atau satu sub materi diperankan oleh pemeran yang ditunjuk
sebagai contoh dan sub materi yang lain diperankan oleh kelompok pemeran yang
lain yang telah disusun oleh siswa sendiri.
Menurut Israni (36: 2012) penggunaan
metode sosiodrama atau bermain peran dilakukan :
1.
Apabila ingin melatih para siswa agar mereka dapat
menyelesaikan masalah yang bersifat sosial psikologis.
2.
Apabila ingin melatih para siswa agar mereka dapat
bergaul dan memeberi pemahaman terhadap orang lain serta masalahnya.
3.
Apabila ingin mneerangkan suatu peristiwa yang
didalamnya menyangkut banyak orang.
Adapun pola
dalam pembelaran role playing ini disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang
menuntut bentuk partisipasi tertentu, yaitu pemain,pengamat dan pengkaji.
Tiga
pola organisasi yaitu sebagai berikut:
1) Bermain
peran tunggal ( single role-play) mayoritas siswa bertindak sebagai pengamat
terhadap permainan yang sedang dipertunjukan (sosiodrama). Tujuannya adalah
untuk membentuk sikap dan nilai.
2) Bermain
peran jamak (multiple role-play) para siswa di bagi-bagi menjadi beberapa
kelompok dengan banyak anggota yang sama dan penentunya disesuaikan dengan
banyaknya peran yang dibutuhkan. Tiap peserta memegang dan memainkan peran
tertentu dalam kelompoknya masing-masing. Tujuannya juga untuk mengembangkan
sikap.
3) Peran
ulangan(role repetition) peran utama suatu drama –atau simmulasi dapat
dilakukan oleh setiap siswa secara bergiliran. Dalam situasi seperti itu setiap
siswa belajar melakukan, mengamati dan membandingkan, perilaku yang ditampilkan
oleh pemeran sebelumnya. Pendekatan itu banyak dilaksanakan dalamm rangka
mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif.
Pada role
playing ini meski pembelajaran melibatkan seluruh siswa dan guru tidak menjadi
satu-satunya sumber informasi. Disini guru tetap memiliki peran penting. Guru/ pimpinan memberikan penjelasan tentag
peran-peran yang akan ditampilkan dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh
latihan itu. Guru juga perlu mengusahakan suasana bermain yang menyenangkan dan
mencegah timbulnya kecemasan atau praduga yang jelek. Selain itu pada akhir
latihan guru atau pimpinan perlu melakukan umpan balik dan menarik
kesimpulan-kesimpulan umum. Kritik-kritik yang bersifat merusak hendaknya
dihindari, dalam hal ini guru bertindak sebagai wasit.
C. Kelemahan dan kelebihan model pembelajaran Role
Playing
Setiap
metode pembelajaran tidak ada yang sempurna, karena masing-masing memiliki
kelemahan dan kelebihannya tersendiri. Oleh karena itu peran pendidik penting
dalam menyesuaikan metode mana yang sesuai untuk di terapkan dalam menyampaikan
materi tertentu. Adapun kelemahan dan kelebihan dari metode pembelajaran Role
Playing ini diantaranya adalah :
Ø Kelebihan
Metode Pembelajaran Role Playing:
1. Melibatkan
seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya
dalam bekerja sama.
2. Siswa juga
dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
3. Siswa bebas mengambil keputusan dan
berekspresi secara utuh.
4. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan
dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
5. Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa
melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
6. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama
dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling
untuk dilupakan.
7. Sangat menarik bagi siswa, sehingga
memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.
8. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme
dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial
yang tinggi.
9. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung
dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya
dengan penghayatan siswa sendiri.
10. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan
profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan
kerja.
Selain itu
menurut Miftahul A’la (2011:93) metode pembelajaran Role playing selain
memiliki kelebihan yaitu melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi dan
mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam kerja sama, kelebihan
lainnya yaitu guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan
pada waktu melakukan permainan. Permainan merupakan pengalaman belajar yang
menyenangkan bagi anak.
Ø Kelemahan
Metode Pembelajaran Role Playing
1.
Metode bermain
peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.
2.
Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi
dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3.
Kebanyakan
siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan
tertentu.
4.
Apabila
pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja
dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran
tidak tercapai.
5.
Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui
metode ini.
6.
Sebagian besar anak yang tidak ikut drama mereka
menjadi kurang aktif.
7.
Memerlukan tempat yag cukup luas, jika tempat bermain
sempit menyebabkan gerak para pemain kurang bebas.
8.
Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan
penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan.
Menurut
Syaiful (2011:214) ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan – kelemahan pada
metode pembelajaran sosio drama atau role playing ini diantaranya:
1.
Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk dapat
memecahkan masalah hubungan sosialyang aktual ada di masyarakat.
2.
Guru harus dapat memilih masalah yang urgent sehingga
menarik minat anak. Ia dapat menjelaskan dengan baik dan menarik, sehingga
menarik minat anak.
3.
Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa
menceritakansambil mengatur adegan pertama
4.
Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan di
dramakan harus sesuai dengan waktu yang tersedia.
D. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DALAM
PELAJARAN MATEMATIKA
Dalam
pelajaran matematika, biasanya proses belajar mengajar yang berlangsung kurang
menarik, menjenuhkan dan membosankan. Hal ini membuat pelajaran matematika
menjadi jarang disukai pesertya didik. Metode pembelajaran yang biasa di pakai
saat proses pembelajaran di dominasi oleh metode ceramah, sehingga pembelajaran
kurang menarik. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat lebih kreatif lagi
untuk menerapkan metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi yang
disampaikan, sehingga selain tujuan pembelajaran yang tersampaikan dengan baik
pembelajaran pun menjadi tidak membosankan. Misalnya pada mata pelajaran matematika
dengan materi aritmatika sosial, pembelajaran ini dapat di terapkan dengan
beberapa metode pembelajaran, salah satu diantaranya yaitu metode pembelajarn
role playing.
Penerapan
metode role playing pada materi aritmatika sosial ini bertujuan agar selain
siswa memahami dan mengerti mengenai bahasan-bahasan pada materi ini seperti
harga jual, harga beli, untung, rugi, dan lain-lain, tetapi pembelajaran juga
akan lebih menarik dan lebih bermakna karena siswa dapat mempraktekan langsung
proses jual beli tersebut. Proses pembelajaran role playing pada pembahasan
materi aritmatika ini akan lebih membantu siswa dan guru dalam mencapai standar
kompetensi yang memang di harapkan.
Ø Pembelajaran
materi Aritmatika Sosial dengan menggunakan teknik pembelajaran Role Playing.
Tahapan
kegiatan pembelajaran Role Playing pada tulisan ini merupakan modifikasi
dari tahapan-tahapan yang disampaikan oleh Shaftel dan Shaftel (dalam E.
Mulyasa, 2003), yaitu tahapan pemeranan dilakukan oleh sekelompok pemeran untuk
satu sub materi sebagai contoh, dan sub materi lainnya diperankan oleh kelompok
lain yang telah disusun oleh siswa sendiri.
Langkah- langkah Role
Playing dalam pembelajaran
aritmatika sosial:
§ Persiapan
a) Menetapkan
topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran, yaitu
topik harga jual, harga beli, untung dan rugi. Sehingga tujuan dalam
pembelajaran yang ingin dicapai adalah siswa mendeskripsikan harga jual, harga
beli, untung, persentase untung, rugi dan persentase rugi.
b) Memotivasi
peserta didik dan memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan
diperankan, misalnya seorang pembeli akan melakukan transaksi jual beli di
sebuah pertokoan, maka siswa diberikan gambaran apa yang dilakukan oleh pembeli
dan penjual dalam transaksi tersebut.
c) Menetapkan
pemain yang akan terlibat dalam Role Playing, peranan yang harus
diperankan oleh pemeran dan waktu yang disediakan untuk melakukan kegiatan Role
Playing.
d) Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam
pemeranan Role Playing.
§ Pelaksanaan
a) Role
Playing mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
b) Siswa
lainnya sebagai pengamat mengikut dengan penuh perhatian.
c) Guru
memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
§ Penutup.
a) Melakukan
diskusi tentang kegiatan Role Playing yang baru saja dilakukan khususnya
pada kegiatan yang mengarah pada konsep harga jual, harga beli, untung,
persentase untung, rugi, dan persentase rugi.
b) Siswa
yang memainkan peran dapat membagi pengalamannya pada siswa yang tidak
memainkan peran.
c) Guru
bersama siswa merumuskan kesimpulan.
d) Menyuruh
siswa membentuk kelompok untuk memerankan situasi yang berkaitan dengan sub
materi pokok selanjutnya.
Ø Materi
aritmatika sosial pada sub materi pokok uang dalam perdagangan (harga jual,
harga beli, untung, persentase untung, rugi, dan persentase rugi)
1.
Harga jual adalah nilai uang dari suatu barang yang
dijual.
2.
Harga beli adalah nilai uang dari suatu barang yang
dibeli.
3.
Untung, jika harga penjualan lebih besar daripada harga
pembelian.
Besar untung = harga
penjualan – harga pembelian
4.
Persentase untung adalah besar keuntungan yang
diperoleh dalam satuan persen berdasarkan harga pembelian
5.
Rugi, jika harga penjualan lebih kecil daripada harga
pembelian.
Besar rugi = harga
pembelian – harga penjualan
6.
Presentase rugi adalah besar kerugian yang diderita
dalam satuan persen berdasarkan harga pembelian
Sebelum
menerapkan metode pembelajaran role playing ini guru tentu harus mempersiapkan
skenario yang akan di perankan siswa. Contoh skenario yang dapat dipakai untuk
pembelajaran dengan metode role playing pada materi aritmatika sosial ini
adalah :
Tokoh:
1.
Pak Rian sebagai
pembeli dari toko grosir.
2.
Bu Rian, istri pak Rian yang membantu pak Rian
berjualan di toko.
3.
Bu Ade sebagai karyawan toko gorsir “SERBA ADA”.
4.
Yayu sebagai
pembeli pertama.
5.
Evi sebagai pembeli terakhir.
Suatu hari pak Rian pergi ke
toko grosir ‘SERBA ADA untuk membeli 20 potong busana muslim.
Pak Rian
: “Selamat siang Bu”
Bu Ade : “Selamat siang Bapak, ada yang bisa
saya Bantu?
Pak Rian
: “Apa ada busana muslim model baru Bu”
Bu Ade :”oh
ada Bapak, Bapak mau yang harga berapa?”
Pak Rian memilih beberapa odel
baju. Akhirnya setelah sekian lama memilih, pak Rian menemukan model busana
yang diinginkan.
Pak Rian :”Saya
pilih yang model ini saja bu, berapa harganya?”
Bu Ade :”Oh
kalau itu, memang model yang paling digemari remaja-remaja muslim akhir-akhir
ini Bapak.bagus sekali pilihan bapak. Kalau model yang ini satu kemasan terdiri
dari ukuran M, L dan XL. Setiap kemasannya kami beri harga Rp 120.000,00. Nanti
ada beberapa pilihan warna Bapak. Bapak mau ambil berapa kemasan?”
Pak Rian
: “Ehm, kalu begitu saya ambil 10 kemasan”
Bu Ade :”Oh
iya bapak, warna apa saja bapak?”
Bu Ade :”Warna
merahnya 2, warna putihnya 3, warna hijaunya 2, warna ungunya 1, dan warna
jingganya 2”
Setelah menunggu beberapa
saat,Bu Ade datang membawa barang yang dibeli pak Rian dan nota pembelian pak
Rian.
Bu Ade
:”Ini bapak barangnya, dan ini nota pembeliannya”
Pak Rian :”jadi
semuanya Rp. 1.200.000,00 Bu ya?, ini uangnya.”
Setelah pak Rian membayar
busana yang dibelinya, pak Rian langsung pulang ke tokonya dan menata busana
yang baru saja dibelinya di etalase. Selang beberapa menit, seorang pembeli
datang ingin membeli busana muslim itu.
Pembeli 1 :”Berapa
harga busana muslim ini, Pak?”
Pak Rian :”Kalau
yang itu Rp. 65.000,00, Mbak”
Pembeli 1 :”Apa
tidak boleh kurang, Pak?”
Bu Rian :”Mbak
nawarnya berapa?”
Pembeli 1 :”Rp
50.000,00 boleh?”
Pak Rian
:”Ya dinaikkan lagi to Mbak”
Pembeli 1
:”Pasnya berapa sih Bu?”
Bu Rian :”Ya
sudah, saya kasihkan Rp 60.000,00 saja buat mbak, gimana?”
Pembeli 1 :”
Tidak bisa kurang lagi ya Bu?”
Pak Rian :”Kan
sudah dikurangi sama ibunya, pasnya ya segitu mbak, gimana mbak, kalau jadi
saya bungkuskan, saya beri bonus tas plastic nanti.”
Pembeli 1
:”Ya sudah pak, saya jadi beli”
Akhirnya pembeli 1 membeli
busana tersebut dengan harga Rp. 60.000,00.
Bu Rian
:”Alhamdulillah ya Bapak, busana yang kita beli dengan harga Rp 40.000,00 dapat
kita jual dengan harga Rp. 60.000,00”
Pak Rian
:”Iya Bu, kita untung Rp. 20.000,00”
Akhirnya setelah beberapa hari,
sisa dagangan busana muslim model baru pak Rian tinggal satu potong. Selang
beberapa menit sebelum pak Rian hendak menutup tokonya, penjual yang terakhir
datang.
Pak Rian
:”Mau cari apa Mbak?”
Yayu
:”Bapak, ada model busana muslim yang biasa digunakan artis Syahrini itu lo
pak?”
Pak Rian
:”Oh yang ini, kebetulan sekali Mbak tinggal satu ini. Model ini banyak yang
cari. Wah kebetulan ukurannya sesuai dengan ukuran badannya Mbak. Bagaimana
Mbak, mau diambil?”
Yayu
:”Ukurannya sih cocok Pak, tapi warnanya kok merah sih Pak, apa tidak ada yang
lain?”
Pak Rian :”Kan
Bapak tadi sudah bilang, tinggal satu-satunya ini Mbak”
Yayu :”Berapa Pak harganya?”
Pak Rian
:”Rp. 65.000,00 saja kok Mbak”
Yayu :”Boleh
kurang kan Pak?”
Pak Rian
:”Boleh, Mbak nawar berapa?”
Yayu :”Rp.
30.000,00 ya Pak?”
Pak Rian :”Waduh
ya dinaikkan to Mbak, masa harga Rp. 65.000,00 Mbak tawar Rp.30.000,00?”
Yayu :”Kalau
ada warna yang lain saya mau Pak menaikkan agak banyak, tapi yang ini saya agak
tidak suka warnanya. Begini saja Pak, saya tawar Rp.35.000,00. Bagaimana? Kalau
tidak boleh ya sudah.”
Pak Rian :”Ya sudah
Mbak, saya kasihkan Rp.35.000,00, lagian saya juga sudah mau tutup.”
Yayu
:”terima kasih pak, ini uangnya 35.000,00”
Akhirnya busana muslim model
baru tersebut terjual habis. Di rumah pak katiin bercerita kepada istrinya
mengenai pembeli terakhir.
Pak Rian
:”Bu, maaf ya, busana terakhir terjual hanya Rp.35.000,00”
Bu Rian :” Ya
sudahlah Pak, tidak apa-apa, meskipun begitu, uang yang kita dapat dari
penjualan busana muslim itu saja sudah mencapai Rp. 1.635.000,00, kita sudah
punya kelebihan dari biaya yang kita keluarkan untuk membeli busana itu.”
Dalam skenario diatas selain hanya siswa diajak bermain peran
tapi ia juga dapat mengerti dan faham mengenai materi aritmatika sosial. Untuk
mengatasi hal-hal sepeti banyaknya waktu terbuang ataupun kekurangan waktu,
maka seorang guru harus dapat menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
dengan sebaik mungkin. Misalnya:
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas
/ Semester : Vll/1
Standar Kompetensi : Menggunakan bentuk aljabar, persamaan, pertidaksamaan linear satu variable dan
perbandingan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah
aritmetika sosial yang sederhana.
Alokasi Waktu : 1× pertemuan (3 × 45 menit)
- Indikator
- Memberikan contoh kegiatan
jual beli.
- Mendiskripsikan keadaan
untung dan rugi
- Menentukan harga pembelian
dan harga penjualan.
- Mendiskripsikan
keadaan untung dan rugi
- Menentukan besar
untung dan rugi serta besar persentasenya.
- Materi
1. Pembelajaran : Harga pembelian, harga penjualan, untung dan rugi persentase
untung dan rugi
2. Materi Prasyarat :
Operasi bilangan bulat
- Teknik Pembelajaran
Role Playing
(Bermain Peran).
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan guru
|
Kegiatan
siswa
|
Waktu
|
|
Pendahuluan
|
|||
1.
|
Menetapkan
topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran, yaitu
topik harga jual, harga beli, untung dan rugi, persentase untung dan rugi.
|
Memperhatikan
penjelasan dari guru tentang topik yang akan dibahas, yaitu topik
harga jual, harga beli, untung dan rugi, persentase untung dan rugi. Sehingga siswa tahu bahwa tujuan dalam pembelajaran
yang ingin dicapai adalah mereka dapat mendeskripsikan harga jual, harga
beli, untung, persentase untung, rugi dan persentase rugi
|
10
menit
|
2.
|
Mengajak
siswa mengingat kembali materi operasi bilangan bulat sebagai materi
prasyarat materi pelajaran yang akan dibahas hari ini.
|
Memberi
respon guru dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengenai
operasi bilangan bulat.
|
12
menit
|
3.
|
Menyampaikan
pada siswa bahwa untuk kegiatan pembelajaran hari ini siswa akan berpura-pura
sebagai tokoh-tokoh yang terlibat dalam kegiatan jual beli.
|
Memperhatikan
penjelasan dari guru. Diharapkan siswa akan bertanya mengenai kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan.
|
8 menit
|
Kegiatan inti
|
|||
1.
|
Memberikan
gambaran masalah dalam situasi yang akan diperankan, misalnya seorang pembeli
akan melakukan transaksi jual beli di sebuah pertokoan, maka siswa diberikan
gambaran apa yang dilakukan oleh pembeli dan penjual dalam transaksi
tersebut.
|
Memperhatikan
penjelasan dari guru agar tidak mengalami kesulitan ketika melaksanakan
kegiatan bermain peran.
|
10
menit
|
2.
|
Menetapkan pemain yang akan
terlibat dalam Role Playing, peranan yang harus diperankan oleh pemeran dan
waktu yang disediakan untuk melakukan kegiatan Role Playing
|
Menentukan pemain yang akan terlibat berdasarkan kesepakatan semua siswa
dan persetujuan guru.
Menentukan peranan yang dimainkan oleh setiap pemain berdasarkan
kesepakatan semua siswa dan persetujuan guru.
Memperhatikan
penjelasan dari guru mengenai waktu yang diberikan kepada pemain untuk
memainkan perannya.
|
5
menit
|
3.
|
Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan Role
Playing
|
Bertanya
mengenai semua yang berkaitan dengan kegiatan bermain peran yang akan
dilakukan.
|
5
menit
|
4.
|
Guru
beserta siswa yang tidak terlibat dalam pemeranan Role Playing memperhatikan
kelompok pemeran yang sedang melakukan tugasnya.
Apabila ketika role playing sedang
berlangsung ada pemeran yang kesulitan, guru dapat memberikan bantuan.
|
Melaksanakan pemeranan Role
Playing.
|
30
menit
|
5.
|
Melakukan diskusi tentang kegiatan Role Playing yang
baru saja dilakukan khususnya pada kegiatan yang mengarah pada konsep harga jual,
harga beli, untung, persentase untung, rugi, dan persentase rugi.
|
Siswa yang memainkan peran dapat
membagi pengalamannya pada siswa yang tidak memainkan peran.
Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai konsep harga
jual, harga beli, untung, persentase untung, rugi, dan persentase rugi dengan
menceritakan kejadian-kejadian dalam Role Playing yang berhubungan dengan
konsep-konsep tersebut.
|
20 menit
|
6.
|
Memberikan tes secara individu kepada siswa untuk
mengetahui pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran
|
Mengerjakan
tes secara individu
|
15 menit
|
Kegiatan penutup
|
|||
1.
|
Membimbing siswa membuat
rangkuman tentang materi pembelajaran hari ini
|
Membuat rangkuman tentang
materi pembelajaran hari ini dengan bimbingan dari guru.
|
10 menit
|
2.
|
Melakukan refleksi kegiatan
pembelajaran
|
melakukan refleksi kegiatan
pembelajaran
|
5 menit
|
3.
|
Memberikan
PR.
Menyuruh
siswa untuk membuat kelompok peran yang terdiri dari 4 orang untuk melakukan
kegiatan role playing pada sub materi selanjutnya yang dilaksanakan pada
pertemuan selanjutnya.
|
Mencatat PR
yang diberikan oleh guru.
Mendengarkan
informasi tugas kelompok yang diberikan oleh guru
|
5 menit
|
Dari gambaran pelaksanaan pembelajaran tersebut dapat
terlihat bahwa model pembelajaran role playing ini dapat di terapkan dalam
matematika, tidak hanya dalam materi aritmatika saja, tetapi dalam materi lain
pun guru harus kreatif untuk dapat memodivikasi dan mengkombinasi model
pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar,
menyenangkan dan yang paling penting adalah tujuan dari proses belajar tersebut
tercapai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode
pembelajaran role playing ini merupakan metode pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk aktif dan siswa ikut berperan penting dalam pembelajaran.
Penggunaan metode pembelajaran role playing ini dapat membuat suasana belajar
menjadi lebih menyenangkan sehingga memotivasi siswa dan siswa menjadi antusias
saat pembelajaran.
Setiap
metode tentu memiliki kelemahan dan kelebihannya asing-masing begitupun dengan
metode pembelajaran role playing ini, oleh karena itu seorang guru atau
pendidik perlu memadukan pembelajaran role playing ini dengan metode-metode
lain sesuai dengan materi atau standar kompetensi yang hendak dicapai siswa.
Dengan demikia selain dari siswa yang termotivasi untuk belajar, proses
pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang di harapkan guru pun akan terbantu
dengan hasil pembelajaran yang memang sesuai.
B.
Saran
Pemaparan
mengenai metode pembelajaran role
playing dalam makalah ini tentu jauh dari sempurna, dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hardini,
Israni dan Dewi Puspiasari. 2012. Strategi
Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia.
A’la,
Miftahun. 2011. Quantum Teaching. Yogjakarta:
Diva Press.
Sagala,
Syaiful. 2011. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Tim
Edukatif. 2006. Kompeten Berbahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Tarigan,
Djago. 1986. Teknik Pengajaran
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Hamalik,
Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Bumi Aksara
Sanjaya,
Wina. 2006. Strategi Pembalajaran. Jakarta
; Media Grup
Sudiana,
Nana. 1987.Dasar-dasar Prses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-role-playing.html
terimakasi ya,, artikelnya membantu banget
BalasHapus